YOGYAKARTA: Destinasi wisata baru, Museum History of Java atau HOJ yang berada di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Yogya ternyata tak hanya menyimpan ratusan koleksi benda purbakala di bangunannya yang berbentuk piramida menjulang.
Di komplek museum yang menyajikan ulasan sejarah Jawa itu ternyata memiliki satu zona menarik tepat di bagian belakang yang sangat nyaman untuk jadi lokasi nongkrong kala senggang.
Zona itu berupa wahana kuliner bernama Malioboro Food Street. Zona terbuka dengan luasan 6000 meter persegi ini desainnya mengadopsi suasana jalan Malioboro, lengkap lampu-lampu temaramnya, pedestriannya, dan tak ketinggalan pedagang kaki lima di sepanjang trotoarnya.
Bedanya sudah pasti, tak akan ada kendaraan lalu lalang karena zona ini ada di dalam komplek museum. Sehingga pengunjung bisa bersantai di pinggir atau tengah jalan, foto foto bareng teman, sambil menikmati kuliner pilihannya .
“Konsep Malioboro Food Street ini tak hanya wisata kuliner, tapi tempat hang out dengan tenant-tenant lapak penjual makanan ala Jogja Tempo Doeloe,” ujar Yenny Dwiwati, bagian operasional Museum HOJ Yogya, Selasa petang 18 Juni 2019.
Uniknya, ujung jalan Malioboro Food Street ini berakhir di sebuah panggung raksasa sebagai venue berbagai acara yang bisa memuat sampai 2000 orang.
Sehingga kerap dimanfaatkan untuk penyelenggaraan berbagai event dengan komunitas massa besar dengan konsep outdoor.
Misalnya venue di museum yang beroperasi sejak akhir 2018 ini pernah dimanfaatkan untuk Festival Bakmi. Juga The Zumba Party yang dihelat komunitas Jogja Zumba Instructor dengan melibatkan ratusan orang dari berbagai daerah di DIY dan Jawa Tengah pada Senin petang (17/6) lalu.
“Dengan konsep zona ini yang memanjang seperti jalanan dengan akhir panggung besar memungkinkan event digelar dinamis, misalnya disertai pawai kecil kesenian, lalu berakhir di panggung utama, seperti parade di Malioboro, sembari pengunjung menikmati jajanan dengan harga kaki lima,” ujar Yenny.
Sejumlah pedagang yang mengisi zona Malioboro Food Stret sendiri saat ini belum terlalu banyak karena sebenarnya zona itu masih belum resmi dilaunching, namun keburu kerap dipesan dan digunakan berbagai komunitas menggelar berbagai event saat sore dan malam hari. Terutama sebelum dan sesudah lebaran lalu.
Beberapa pedagang yang mengisi masih seperti warung kopi, thai tea, juga makanan ringan. Rencananya zona Malioboro Food Street itu diisi berbagai sajian kuliner nusantara dan dunia yang targetnya di buka tahun ini.
Pengunjung yang hendak menyambangi zona ini, bisa menikmati dulu koleksi ratusan benda purba di museum yang berada di Jalan Parangtritis Km 5.5 Sewon Bantul itu dulu dengan tiket seharga Rp 30 ribu per orang.
Tokoh pegiat Jogja Zumba Instructor (JZI), Ika Aivi mengatakan bagi komunitasnya, zona seperti Malioboro Food Street yang lega dengan penataan mirip Jalan Malioboro itu menjadi venue alternatif dan menyenangkan untuk menggelar event dengan massa besar.
“Kami sediakan 300 tiket langsung sold out, karena peserta dari berbagai daerah ikut datang,” ujarnya. Selain tertarik dengan venue, Aivi mengatakan pihaknya juga mengundang instruktur zumba kenamaan asal Filipina Mark Kramer Prastana dalam event itu untuk mendemonstrasikan 24 lagu dan tarian.
Wakil Ketua DPRD DIY yang juga pembina Jogja Instructor Community menuturkan venue yang memadukan wisata kuliner, sekaligus wahana outdoor tematik yang digarap museum HOJ di Malioboro Food Street itu bisa menjadi inspirasi penyokong obyek wisata malam di DIY yang belum banyak tergarap, khususnya di pinggiran Kota Yogya.
“DIY punya banyak museum atau obyek lain dengan lahan luas, bisa digarap tematik untuk mendorong wisata malam hari agar makin menggeliat,” ujarnya. (Wit)