BERITANET.ID : Jogja Fashion Week 2024 hari kedua sesi kedua,Jumat (23/8/2024) berlangsung meriah.
Gelaran itu menampilkan beragam koleksi busana seperti WENING’S LINE, Kikiyuri, nylima by Heriyenti, Serat Indonesia by Kekean, Gusri Nelly, imo+ji by Vitalia X d’Arso, Zet by Ida Giriz, Semburate bya Astrid Ediati, Owens Joe Indonesia, dan Ria Miranda.
Desainer dari Lampung, Sumatera Ida Giriz dari Zet Collection mengatakan, pada JFW 2024 ini menampilkan 10 look berbahan kain tapis Lampung yang dimodifikasi, dengan pengerjaan kurang lebih memerlukan waktu sekitar 2 bulan.
“Baju ini dibuat memerlukan waktu lama, dua bulan karena dia langsung disulam menggunakan benang emas, dengan motif yang sudah pakem, motif-motif Lampung. Kami juga mempersembahkan motif Lampung yang dimodifikasi dengan 5 berwarna hitam, dan 5 berwarna dasar,” kata Ida, Jumat (23/8/2024).
Ida mengharapkan, kolaborasi para desainer pada Jogja Fashion Week ini semakin mengenalkan Wastra Indonesia kepada masyarakat luas termasuk dunia.
Sementara, Pj Ketua Dekranasda Kabupaten Tulang Bawang Barat Hanita Farial Firsada mengatakan, JFW 2024 hari kedua pada sesi kedua menampilkan 10 outfit, yang menjadi unggulan dari hasil kerajinan tangan pengrajin Lampung.
“Kami menampilkan sepuluh pakaian atau outfit, berkolaborasi dengan bu Una batik Siger, dimana batik Lampung adalah salahsatu unggulan dari hasil kerajinan tangan dari pengrajin-pengrajin kami. Kami juga mempunyai satu unggulan kerajinan tangan itu tikar, anyaman tikar salahsatunya, tapis serta selop,” kata Hanita Farial.
Satu konsep yang diusung desainer terinspirasi Kenduren, atau dikenal juga dengan genduren, merupakan sebuah tradisi doa bersama yang berasal dari masyarakat Jawa.
Kenduren biasanya dilakukan untuk merayakan berbagai acara, seperti kelahiran bayi, pernikahan, upacara kematian dan acara keagamaan.
Namun, siapa sangka, tradisi yang sejauh ini masih bergulir di Yogya dan sekitarnya itu, menjadi inspirasi bagi sosok desainer bernama Astrid Ediati.
Astrid melalui brand Semburate, memboyong deretan koleksinya yang terinspirasi dari tradisi Kenduren, di ajang Jogja Fashion Week (JFW) 2024.
Menurutnya, sandangan mayoritas bapak-bapak yang mengenakan setelan busana muslim serta sarung, memberikan sebuah inspirasi tersendiri.
Dari situ, ia memandang, bahwa sejatinya sarung dapat dimodifikasi lebih lanjut, untuk dipadupadankan dengan busana-busana kekinian.
“Dari sarung itu dimodifikasi bentuk dan pemilihan bahannya, dengan bentuk yang praktis dan kekinian, agar bisa dipadupadankan,” katanya.
“Jadi di sini kami padukan itu dengan gamis, blazer, palazo dan lain-lain, sehingga tercipta busa kasual yang menaeik dan kekinian,” urai Astrid.
Dijelaskan, koleksi busana ini mengacu pada trend fashion 2024/2025, dengan tema Fusion Borderless, bergaya ‘east and west’.
Sarung pun dimodifikasi dari pemilihan bahan, bentuk, dan cara pemakainnya, sehingga lebih praktis saat dipadukan dengan berbagai jenis busana lainnya.
“Tipikalnya memang busana muslim, dengan karakter eksotik dan dramatik. Untuk asesorisnya kita pakai perca lurik, sisa-sisa produksi yang ada di studio kami,” katanya.
Sementara Perancang busana kenamaan tanah air Anne Avanti membekali pelaku industri kecil dan menengah (IKM) DIY dengan perjalanan hidupnya selama menggeluti industri fesyen dalam sebuah seminar bertajuk Jatuh, Bangun dan Bangkit.
Dalam seminar itu Anne membongkar akar masalah pelaku IKM Indonesia yang dinilainya kerap keliru saat memulai usaha. Anne menerangkan, pelaku IKM kerap menjual produk dengan harga murah sehingga tidak bisa menyejahterakan pekerjanya karena keuntungan yang tipis.
“Kalau mau lebih harus promosi yang bagus, pakai perbedaan sistem multimedia yang benar. Cari sesuatu yang beda,” katanya.
Anne menyatakan, dengan perkembangan sosial media yang sangat pesat seperti sekarang pelaku IKM bisa memanfaatkan hal itu. Meskipun menjual produk yang sama tapi jika dijual dengan cara atau strategi marketing yang berbeda pasti akan optimal.
“Misalnya kios sama-sama di Pasar Beringharjo, masukin sosial media orang akan mencari. Produk bisa sama tapi dengan cara yang unik pasti akan berhasil,” jelasnya.
Dalam seminar itu Anne mengajak pelaku IKM untuk mempelajari kegagalan dan jatuh bangunnya dalam industri fesyen. Dengan cara itu dikatakan pelaku IKM DIY bisa mengetahui akar masalah yang dihadapi untuk kemudian mencari solusinya.
“Yang penting adalah mental dan butuh keberanian melawan diri sendiri, kesalahan saya, saya beberkan supaya mereka paham dan ketika ada yang salah ada yang bisa dipelajari dan diharapkan seusai seminar ini mereka yang dengar jadi lebih baik cara berpikir dan sudut pandangnya,” ujarnya.
Kepala Disperindag DIY Syam Arjayanti menyebut, seminar ini penting bagi pelaku IKM agar mereka bisa mengevaluasi diri sendiri dan juga membangun mental mereka dalam berusaha. “Ini seminar bagus agar memotivasi IKM DIY supaya ketika mereka jatuh harus bangun dan bangkit karena ada yang salah dan diperbaiki,” kata dia.
Perhelatan Jogja Fashion Week (JFW) yang berlangsung sejak 22-25 Agustus 2024 di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta sebagai ajang fashion tertua digelar dengan tema ‘Fusion Fashion’. Selain menjadi ajang bagi para desainer asli Yogyakarta, ajang ini juga menjadi ruang bagi para desainer dari berbagai daerah di tanah air.
Dalam Jogja Fashion Week 2024 hari kedua sesi kedua, juga menampilkan beragam koleksi busana seperti WENING’S LINE, Kikiyuri, nylima by Heriyenti, Serat Indonesia by Kekean, Gusri Nelly, imo+ji by Vitalia X d’Arso, Zet by Ida Giriz, Semburate bya Astrid Ediati, Owens Joe Indonesia, dan Ria Miranda.