BERITANET.ID – Kongres Asia Pacific Society of Infection Control (APSIC) merupakan acara ilmiah Internasional diselenggarakan setiap 2 tahun sekali, yang dihadiri oleh berbagai lembaga internasional, seperti WHO, CDC, dan organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) se-Asia Pasifik.
Tahun ini merupakan kongres ke-11 dimana Indonesia menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya. Kongres ini mengangkat topik PPI disemua lini dengan penguatan implementasi di fasilitas pelayanan kesehatan dan komunitas.
Ketua Umum Perkumpulan Pengendali Infeksi Indonesia (Perdalin), Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satarai, SpA, Subsp.IPT, M.Trop.Paed menyebut, pencegahan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi sebuah elemen penting yang harus diperhatikan, terkait dengan keselamatan pasien (patient safety), kultur dan etika kinerja lingkungan.
Implementasi ini memerlukan partisipasi multidisiplin untuk mengembangkan sistem PPI dengan tujuan meningkatkan mutu dan menjadi alat ukur kualitas layanan kesehatan di Indonesia.
“Pencegahan dan pengendalian infeksi di komunitas, dengan berbagai tingkatan strata, tidak kalah penting sebagai prioritas pemberdayaan kesehatan di masyarakat,” katanya, Jumat (26/7/2024) di Hotel Shangri-La Jakarta.
Pemberdayaan tersebut, sambung Prof Hindra meliputi tersedianya layanan kesehatan primer yang berfungsi sebagai agen perubahan kesehatan preventif dengan melibatkan lintas sektor.
“Tak kalah penting membangun kolaborasi dan jejaring sebagai agen perubahan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di Tingkat komunitas (micro-environmental health community agent),” katanya.
Dengan demikian, masih kata Prof Hindra, tujuan PPI untuk semua dan implementasi di lingkungan layanan kesehatan dan komunitas dapat tercapai.
Perdalin sendiri dijelaskan Prof Hindra, merupakan organisasi multidisiplin yang berkomitmen dalam perbaikan dan peningkatan praktek PPI di Indonesia.
“Organisasi Perdalin berupaya menjadi penggerak terdepan terhadap masalah PPI saat ini yang tidak terlepas dari beberapa determinan kapasitas pengetahuan dan kemampuan, pendidikan dan profesionalitas yang didukung dengan pemahaman adanya perubahan iklim, sanitasi air dan perilaku lingkungan (enviromental behaviour) sebagai interaksi dinamis menentukan kebijakan yang senantiasa berubah,” jelasnya.
“Perubahan paradigma kebijakan PPI di Indonesia, melalui update ilmiah dalam konferensi APSIC, merupakan salah satu kerja keras Perdalin untuk menyelesaikan problematika penyakit menular (emerging, re-emerging dan new-emerging),” imbuhnya.
Pembahasan update ilmiah APSIC menurut Prof Hindra mampu menjadi nilai solusi dan sintesis, serta menggerakkan secara dinamis kualitas PPI, peningkatan keselamatan pasien, pola kritis sistem kesehatan secara transparansi dan berkelanjutan