BERITANET.ID : UNESCO Jakarta, dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X di bawah Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi Indonesia, menyelenggarakan perayaan batik secara bersama di Yogyakarta.
Acara yang bertajuk Batik : Inspire with Heritage ini bertujuan untuk menyatukan berbagai generasi dan lapisan komunits, untuk saling terinspirasi akan usaha pelestarian warisan budaya, melalui lokakarya batik, pertunjukan, dan pameran kreatif yang inklusif.
Hari Batik Nasional telah dirayakan setiap tahun di Indonesia sejak batik ditambahkan ke daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO pada tahun 2009. Ini adalah momentum penting untuk mempromosikan keragaman budaya Indonesia yang tercermin dalam berbagai motif batik yang mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas masyarakat Indonesia.
“Tahun 2023 menandai peringatan 20 tahun Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda, dimana UNESCO mendorong semua pemangku kepentingan untuk mempromosikan keragaman dan kekayaan warisan budaya tak benda. Senang sekali menyaksikan kekuatan batik dan upaya besar Indonesia untuk melindungi warisan budaya tak benda ini, dengan menghubungkannya dengan pembangunan ekonomi dan aspek keberlanjutan”, kata Maki Katsuno-Hayashikawa, Direktur UNESCO Jakarta.
Berdasarkan data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian, ada sekitar 3.159 unit usaha batik yang tercatat di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, industri batik skala besar-sedang berjumlah 208 unit (tahun 2021), dan usaha batik skala mikro-kecil menengah berjumlah 2.951 unit (tahun 2021).
Acara UNESCO ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta, termasuk para perwakilan dinas pemerintah, pembatik, siswa, guru, komunitas pegiat isu isi disabilitas, kelompok perempuan dan perwakilan dari sektor swasta, semuanya berkomitmen untuk melestarikan dan mempromosikan warisan hidup.
Pameran ini menampilkan karya-karya terpilih dari para wirausaha muda dan pembatik kreatif, termasuk para pengrajin penyandang disabilitas dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, peserta program Creative Youth at Indonesian Heritage Sites yang didukung oleh Citi Foundation.
Dwi Agung Hernanto, Kepala UPT Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis, Dinas Kebudayaan kota Yogyakarta, dalam sambutannya menyatakan apresiasi atas acara ini. Apalagi Yogyakarta, yang dengan Sumbu Filosofinya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia bulan September 2023 ini oleh UNESCO, juga kaya akan warisan budaya tak benda termasuk batik, gamelán dan keris
“Acara ini sangat menarik dan berguna, terutama untuk murid-murid kami dari SLB 2 Yogyakarta karena acara ini memberi ruang kreatif untuk murid-murid yang berkebutuhan khusus, kami apresiasi dan semoga terus ada acara – acara inklusi seperti ini kedepannya.” Kata Anathasia Cita Rismawanti Guru Seni Tari, dari SLB 2 Yogyakarta yang juga menghadiri workshop batik kolektif bersama murid-murid SD yang lain dari Yogyakarta.
“Harapan saya sebagai pembatik, semoga kedepan bagi kaum muda atau anak-anak millenial kedepannya mencintai batik, meneruskan, terutama kebudayaan ini harus kita yang menjaga, harus kita yang melanjutkannya. jangan sampai terhenti, terputus atau apalagi hilang begitu saja, ya. dengan adanya sekarang, seperti printing, cap dan lain-lain. Harapan saya, generasi penerus yang dari kelas SD itu harus diajari untuk mengenal yang namanya canting, apalagi semakin kedepan manual akan hilang dan saya harapkan, harus dari sekarang kita kampanyekan anak-anak muda mengenal dan belajar lebih dalam dengan canting ,” kata Wiji Astuti, pemilik Batik Serodja Widji yang juga pengrajin disabilitas dampingan program UNESCO.
Untuk lebih merayakan Perayaan 20 tahun Warisan Budaya Takbenda, para peserta diundang untuk bergabung dengan kampanye media sosial global UNESCO, dengan tagar #LivingHeritage. (Red)