Filosofi ‘Eling Awakening’: Pijakan Seniman Merespons Multi-Krisis

BERITANET.ID—Inti dari Pameran Seni Rupa Nandur Srawung #12 adalah tajuk “Eling | Awakening”, sebuah filosofi yang dipilih kurator untuk menjadi pijakan para seniman dalam merespons kondisi multi-krisis dunia saat ini.

Krisis-krisis seperti konflik geopolitik, disrupsi teknologi Artificial Intelligence (AI), dan krisis iklim telah menjadi persoalan yang masuk ke ranah personal dan kolektif.


Tim Kurator Nandur Srawung #12, Rain Rosidi, menegaskan bahwa tema ini berangkat dari kesadaran bahwa dunia kini dihadapkan pada multi-krisis. “Kita sedang menghadapi krisis geopolitik, kemunculan teknologi baru seperti artificial intelligence, hingga krisis iklim yang berpengaruh pada keseharian,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa seniman diajak untuk “membaca fenomena itu sebagai bagian dari kehidupan seni dan budaya,” dan menjadikannya materi eksplorasi.
Lebih lanjut, Rain Rosidi menjelaskan makna filosofis yang mendalam dari tajuk pameran.

Dalam falsafah Jawa, Eling digunakan sebagai pijakan utama dalam merespons perubahan zaman yang cepat. “Eling berarti kesadaran utuh, tidak hanya fisik tapi juga batiniah. Sementara awakening adalah kebangkitan menuju kesadaran baru,” katanya. Dari perpaduan konsep ini, diharapkan muncul karya-karya yang tidak sekadar visualisasi realitas, tetapi merupakan “proses penghayatan terhadap persoalan-persoalan zaman,” sebagaimana ditegaskan oleh Kepala TBY, Purwiati.


Kurator lain, Arsita Pinandita, menguatkan bahwa karya-karya yang terpilih dari 100 seniman tersebut lahir dari “kesadaran penuh” yang menafsirkan ulang relasi antara “diri, tubuh, waktu, dan dunia sekitar.”

Dengan demikian, pameran ini bukan sekadar ajang apresiasi seni, melainkan sebuah medium untuk menumbuhkan “kesadaran yang utuh: sebuah kehadiran yang tidak hanya fisik, tetapi juga batiniah,” yang menjadi kunci dalam menghadapi tantangan modern.