
BERITANET.ID – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW-KAHMI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, yang meninggal dalam aksi mahasiswa dan masyarakat di Mapolda DIY. Peristiwa tersebut dianggap sebagai luka kolektif bagi keluarga besar mahasiswa, masyarakat Yogyakarta, hingga bangsa Indonesia.
Koordinator Presidium MW-KAHMI DIY, Hakimul Ikhwan, S.Sos., M.A., Ph.D, menegaskan bahwa tragedi ini harus menjadi pelajaran penting agar negara lebih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
“Kehilangan satu nyawa mahasiswa dalam perjuangan demokrasi adalah kehilangan bagi kita semua. Tragedi yang menimpa Rheza Sendy Pratama harus menjadi momentum refleksi nasional untuk memastikan ruang demokrasi tetap hidup tanpa harus dibayar dengan korban jiwa,” ujar Hakimul dalam pernyataan resminya, Senin (1/9/2025).
Seruan Sikap KAHMI DIY
Dalam pernyataannya, KAHMI DIY menegaskan lima sikap utama:
- Mendesak aparat keamanan untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menghadapi demonstrasi mahasiswa dan rakyat, serta mengedepankan pendekatan persuasif dan humanis.
- Mengimbau mahasiswa tetap menyampaikan aspirasi secara damai dan bermartabat, tanpa tindakan anarkis.
- Mengajak masyarakat Yogyakarta untuk menjaga situasi kondusif, menolak provokasi, dan memperkuat solidaritas sosial.
- Mendorong lembaga pemerintah dan DPR RI agar terbuka terhadap kritik dan aspirasi publik, serta menjalankan kebijakan secara transparan.
- Meminta seluruh alumni HMI dan jaringan masyarakat sipil untuk terus mendampingi mahasiswa memperjuangkan nilai demokrasi dan keadilan.
Sekretaris Umum MW-KAHMI DIY, Syamsudin, S.Pd, M.A, menambahkan bahwa peran masyarakat sipil sangat penting agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
“Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan, kota kebudayaan, sekaligus kota perjuangan. Maka marwah ini harus dijaga, bukan dengan kekerasan, tetapi dengan mengedepankan akal sehat, moralitas, dan solidaritas sosial,” ujarnya.
MW-KAHMI DIY menilai wafatnya Rheza bukan sekadar duka keluarga, melainkan juga alarm bagi bangsa agar lebih serius menjaga demokrasi. Mereka berharap pemerintah dan aparat keamanan menjadikan peristiwa ini sebagai titik balik untuk menghentikan praktik represif dalam menghadapi aspirasi rakyat.